Selasa, 7 Juli 2009.
Ada apa dengan hari itu
Hari itu adalah hari dimana saya bersama dengan Gina (my sweetheart) melakukan sebuah perjalanan seru, lucu, sekaligus melelahkan π
Hari itu kami berdua ingin bertemu dengan teman-teman kami alumni binus sekaligus berlibur ke dufan untuk menghilangkan rasa penat kami dengan kesibukan keseharian di kantor. Kami berangkat dari BSD pada pukul setengah 9 pagi dengan menggunakan bis Trans BSD jurusan BSD – Pondok Indah. Kami sengaja memilih jurusan itu, agar nanti kami bisa turun di halte Ratu Plaza dan melanjutkan perjalanan kami ke dufan dengan menggunakan rute busway.
Kira-kira satu jam kemudian, ketika waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, kami tiba di halte Ratu Plaza. Kami turun dan langsung bergegas menuju halte busway Bunderan Senayan yang berada tepat di seberang halte Ratu Plaza untuk melanjutkan perjalanan kami yang masih panjang. Setibanya kami di halte busway Bunderan Senayan, kami langsung menuju loket pembelian tiket busway untuk membeli dua buah tiket seharga Rp 7000,- (3500/orang).Β Kami akui, memang busway adalah alat transportasi yang murah dan lumayan nyaman apabila dibandingkan dengan bis-bis umum lainnya (tidak semua) yang terlihat hanya sekedar digunakan tapi sangat jarang sekali dirawat, sehingga bis terlihat kumel dan menjadi salah satu sumber polusi udara di Jakarta pada khususnya.
Setelah membeli tiket, kami lantas menunggu busway dari arah Blok M di depan pintu masuk bis yang telah disediakan. Tidak lama berselang, bis dari arah Blok M tersebut telah tiba di halte Bunderan Senayan. Bis itu adalah bis yang akan mengantarkan kami menuju halte Dukuh Atas 1. Dari luar bis, kami dapat memastikan bahwa bis tersebut ternyata telah dipadati oleh penumpang yang naik dari halte Blok M sampai dengan halte Masjid Agung. Seluruh tempat duduk yang disediakan di dalam bis telah terisi penuh, sehingga kami pun harus berdiri dan mencari pegangan tangan untuk menjaga keseimbangan kami selama dalam perjalanan. Panas matahari yang terik dan ac (air conditioner) di dalam bis yang tidak begitu dingin (mungkin karena padat nya penumpang) membuat pakaian kami menjadi basah dan sedikit membuat perjalanan kami menjadi lebih berat. Namun sendau gurau kami berdua selama dalam perjalanan membuat suasana menjadi lebih nyaman dan tetap bersemangat untuk bisa tiba di tempat tujuan kami, Dufan.
Menghabiskan waktu lebih kurang sekitar setengah jam, akhirnya kami tiba juga di halte Dukuh Atas 1. Hari yang semakin menjelang siang membuat panas terik matahari semakin memanggang kami selama perjalanan. Dari sini kami langsung menuju ke halte Dukuh Atas 2 yang letaknya tidak jauh dari halte Dukuh Atas 1, sehingga kami hanya cukup berjalan kaki untuk menuju halte tersebut (skywalk).
Tiba di halte Dukuh Atas 2, kami langsung bergabung dalam antrian yang cukup padat untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Dufan dengan menggunakan busway ke arah halte Matraman 2. Tepat pukul sepuluh lewat lima belas menit, bis jurusan Matraman telah tiba dan kami kembali harus berdesak-desakan untuk bisa masuk kedalam bis. Sudah bisa ditebak sebelumnya, bahwa kami akan menikmati perjalanan ini lagi-lagi dengan berdiri dan kuyup keringat yang membanjiri tubuh dan pakaian kami. Sungguh melelahkan memang, namun semua ini kami hadapi dengan canda tawa dan senyuman-senyuman ringan.
Bis berangkat dari halte Dukuh Atas 2 menuju halte Matraman 2 dengan kecepatan stabil 60 KM/jam. Selama dalam perjalanan, kami menyaksikan hiruk pikuk kota Jakarta dengan sengatan matahari yang sangat panas sekali. Ya, memang seperti inilah kota Jakarta dalam kesehariannya.
30 menit kemudian, kami tiba di halte Matraman 2 dan langsung bergegas menuju halte Matraman 1 yang letaknya tidak jauh dari halte Matraman 2. Kami kembali cukup dengan berjalan kaki dan lebih kurang hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk bisa mencapai halte tersebut. Namun setibanya kami disana, kami langsung dikagetkan dengan antrian yang lebih panjang dan padat dari halte-halte yang sudah kami singgahi sebelumnya. Akibat dari panjang nya antrian penumpang yang ingin menggunakan jasa busway jurusan Ancol, akhirnya kami bersepakat untuk memutar arah menuju halte Kampung Melayu. Tujuan kami memang untuk menghindari desak-desakan yang pasti terjadi ketika nanti bis yang kami tunggu telah tiba di halte ini. Dan juga sambil mencoba peruntungan, siapa tahu nanti kami berdua bisa mendapatkan kursi dalam bis, sehingga perjalanan panjang kami yang tinggal sedikit lagi ini bisa lebih nyaman dan tenang.
10 menit berlalu, akhirnya busway tujuan halte Kampung Melayu pun tiba. Kami berdua naik ke dalam bis yang siang itu terlihat lebih lenggang bila dibandingkan bis-bis yang sebelumnya sudah kami naiki. Namun tetap saja, kami masih harus berdiri dalam menikmati perjalanan kami siang ini. Perjalanan menuju halte Kampung Melayu ternyata hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari halte Matraman 1.
Ada kejadian lucu yang terjadi ketika kami tiba di halte Kampung Melayu. Yaitu pada saat kami keluar dari bis dan memasuki halte Kampung Melayu. Setelah itu kami berusaha mancari tahu kemana arah selanjutnya yang harus kami tempuh untuk bisa kembali ke halte Matraman 1 dan langsung menuju tempat pemberhentian terakhir di halte Ancol. Tidak lama berselang akhirnya kami baru mengetahui jika ternyata untuk kembali ke halte Matraman 1 dan langsung menuju Ancol, kami harus menggunakan bis yang sama ketika kami berangkat dari halte Matraman 1 ke halte Kampung Melayu. Weleh.. weleh.. dengan kata lain, kami seharusnya tidak perlu keluar dari bis ketika tadi sampai di halte Kampung Melayu. Akhirnya kami pun harus kembali bergabung dalam antrian yang alhamdulillah tidak terlalu panjang bila dibandingkan dengan antrian sebelumnya di halte Matraman 1.
Tepat pukul setengah dua belas siang kami sudah berada di bis jurusan halte Ancol yang tadi kami tumpangi dari halte Kampung Melayu. Di bis ini pula, akhirnya kami bisa mendapatkan tempat duduk karena banyaknya penumpang yang turun di halte Senen. Halte Senen adalah salah satu halte yang kami lewati selain halte-halte lain, seperti halte Budi Utomo, Pasar Baru Timur, Jembatan Merah, sampai di pemberhentian terakhir, yaitu halte Ancol. Ya, di halte terakhir inilah titik terakhir dari serangkain titik-titik perjalanan kami siang itu. Lebih kurang membutuhkan waktu setengah jam untuk bisa tiba di halte tersebut. Rasanya sungguh sangat puas sekali, akhirnya kami bisa tiba juga di tempat tujuan kami, Ancol. Dengan segala macam suka duka selama dalam perjalanan yang merupakan pengalaman pertama kami yang sangat berharga dan SERU!!
Pada saat kami tiba di halte Ancol, kami langsung menyusuri jalanan yang ada disana untuk bisa segera keluar dan menuju loket pembelian tiket masuk Dufan. Terik matahari masih terus menemani langkah demi langkah kami siang itu. Pakaian kami yang sebelumnya telah kering karena pendingin udara di dalam bis, seketika kembali menjadi basah ketika kami berjalan tepat di bawah sinar matahari. Kurang lebih membutuhkan waktu 5 menit dari keluar halte Ancol untuk tiba di loket pembelian tiket masuk Dufan.
Lima menit berlalu, akhirnya kini kami berada di depan loket pembelian tiket masuk Dufan. Antrian yang panjang dan padat tidak membuat surut niat kami untuk bisa bertemu teman-teman alumni kami dan berlibur di Dufan. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk membagi tugas, saya ikut dalam antrian untuk membeli tiket masuk, dan Gina mencoba menghubungi beberapa orang temannya untuk bisa segera bertemu di depan loket. Salah satu dari dua orang teman kami itu akan memberikan kami voucher diskon sebesar 20% untuk pembelian tiket masuk yang saat itu berharga sebesar Rp 140.000,- . Ya, harga yang cukup membuat kami terkaget-kaget seketika mengetahuinya. Mungkin karena kami pergi mengunjungi Dufan di saat hari libur sekolah, makanya kami mendapatkan harga tiket yang cukup mencekik kantong kami. Namun berkat voucher diskon sebesar 20 % dari teman kami, maka saya, Gina, dan salah seorang teman kami (yang sebelumnya sudah bertemu dengan Gina di depan loket) kini hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 112.000,-/ org. Sedangkan teman kami yang memberikan voucher diskon, sudah terlebih dahulu membeli tiket untuk dia dan pacarnya dan saat ini mereka sudah menunggu kami bertiga di halaman depan sebelum masuk pintu gerbang Dufan. Setelah selesai membeli tiket masuk, kami bertiga langsung menyusul dua orang teman kami yang telah menunggu cukup lama di depan pintu masuk Dufan. Siang itu akhirnya kami semua berhasil saling bertemu, saling sapa dan bersendau gurau seakan-akan kembali ke masa-masa duduk di bangku kuliah. Kami kini sudah berlima, saya, Gina, serta tiga orang teman kami. Siang itu kami semua sudah siap untuk berpetualang di Dunia Fantasi Ancol. π
Begitu kami melewati pintu masuk Dufan, kami langsung menuju ke wahana Perang Bintang. Kami sengaja memilih wahana yang ringan terlebih dahulu sebagai pemanasan kami sebelum menuju ke wahana-wahana lain yang lebih seru dan menantang. Di wahana ini kami berlima berkompetisi untuk mendapatkan nilai terbesar dengan cara menembaki semua monster yang kami temui ketika kami berjalan melintasi mereka dengan menggunakan sebuah kendaraan khusus. Dan akhirnya poin terbesar berhasil didapatkan oleh salah seorang teman kami.
Selesai bermain di wahana Perang Bintang, kami semua langsung mencari tempat untuk makan siang. Dan Mc’D menjadi pilihan kami siang itu. Antrian yang panjang akhirnya membuat kami harus menunggu lebih kurang setengah jam lamanya untuk bisa segera mengisi perut kami yang sudah mulai keroncongan sejak bermain di wahana Perang Bintang tadi. Selesai dengan urusan kasir, kami membawa makanan kami ke bawah pohon yang masih berada di area Mc’D. Kami sengaja memilih tempat itu karena saat itu tempat duduk yang disediakan oleh pihak Mc’D sudah terisi penuh dan dengan duduk dibawah pohon ini, kami berlima bisa lebih merasakan sejuknya angin semilir siang itu serta kami juga bisa saling bersendau gurau sambil mengingat kembali masa-masa kami ketika duduk dibangku kuliah dulu. Sungguh saat-saat yang tidak terlupakan bagi kami.
Selepas makan, kami langsung melanjutkan petualangan kami di Dufan. Kami berlima memutuskan untuk mencoba wahana Pontang-Panting. Di wahana ini, kami masing-masing akan duduk di kursi yang telah disediakan. Lalu perlahan-lahan sesuai dengan nama wahana ini, kami semua akan di pontang-pantingkan di udara. Wouuw.. serentak saat itu kami merasakan pusing tujuh keliling dan rasa geli di perut kami. Sungguh permainan yang seru dan cukup menantang. Kami bermain di wahana ini lebih kurang sekitar 15 menit. Namun itu belum termasuk waktu kami yang terpakai untuk antri menunggu giliran untuk bermain. Siang itu hampir seluruh wahana terlihat penuh dan setiap orang yang ingin bermain harus berjuang dengan antrian yang panjang bahkan sangat panjang sekali.
Selesai dengan wahana Pontang Panting, kami berlima langsung melanjutkan ke wahana yang lebih seru dan hebat, yaitu wahana Halilintar. Dan lagi-lagi kami harus bersabar dalam antrian yang cukup panjang untuk bisa mencoba wahana ini. Selama kami berada dalam antrian, kami selalu berbincang-bincang sambil seringkali memunculkan bahan untuk kami tertawakan bersama-sama. Dengan seperti itu, kami menjadi tidak terlalu terasa lelah selama menunggu giliran kami untuk bisa bermain di wahana Halilintar ini. Lebih kurang selama hampir setengah jam kami berada dalam antrian. Sampai akhirnya tiba giliran kami untuk bisa bermain Halilintar. Begitu kami duduk di kursi yang telah disediakan, perasaan kami langsung bercampur aduk antara senang sudah bisa mendapat giliran dan takut lantaran kami bakal merasakan posisi tubuh kami dibalik 180 derajat. Wooouw.. sungguh seru dan menantang sekali wahana ini.
Wahana ini termasuk salah satu wahana yang memiliki durasi waktu permainan yang sangat singkat. Kami hanya perlu menghabiskan waktu lebih kurang selama 1 menit untuk bisa merasakan permainan di wahana ini. Namun waktu yang singkat tersebut sangat terasa sekali ketika kami mulai di putar-putar dan berteriak sekuat tenaga kami.
Setelah selesai dengan wahana Halilintar, kami menuju ke wahana lainnya dengan masih merasakan pusing bekas permainan di wahana Halilintar tadi. Namun ada kejadian yang tidak bisa saya jelaskan disini, yaitu dimana ketika kami antri untuk bermain di wahana ini tiba-tiba saya dan Gina harus keluar dari antrian karena suatu sebab. Tetapi teman-teman kami lainnya tetap kami suruh untuk berada dalam antrian dan melanjutkan permainan. Saya dan Gina mencari tempat berteduh untuk beristirahat sejenak sambil melihat lalu lalang para pengunjung Dufan sore itu. Kami berisitirahat lebih kurang selama 1 jam lamanya. Setelah itu pun kami bertemu kembali dengan teman-teman kami yang sudah selesai bermain di wahana tadi. Pada saat itu kami langsung berdiskusi untuk menentukan wahana apalagi yang akan kami coba. Dan keputusan pun diambil dengan suara terbanyak, bahwa kami akan mencoba wahana Tornado. Dan lagi-lagi kali ini saya dengan Gina tidak ikut ambil bagian dalam permainan ini. Karena kami tidak suka dengan permainan yang terlalu ekstrim dan nantinya bakal membuat kami pusing. Akhirnya saya dan Gina memutuskan untuk hanya menonton saja teman-teman kami yang ikut dalam permainan Tornado tersebut. Wahana Tornado merupakan salah satu wahana terbaru yang ada di Dufan. Wahana ini sangat menantang mental para pengunjung Dufan dan tidak sedikit para pengunjung yang ikut menonton menyaksikan bagaimana wahana ini mampu mengocok perut orang-orang yang bermain di wahana ini.
Kami menonton wahana yang seru ini lebih kurang selama setengah jam lebih. Dan begitu teman-teman kami sudah selesai dan kembali menemui kami,Β saya dan Gina langsung memutuskan untuk mengakhiri petualangan kami hari itu dan kembali pulang ke BSD. Kami harus pulang lebih awal dari teman-teman kami karena kami khawatir apabila kami pulang lebih malam maka kami akan kesulitan mendapatkan angkutan umum khusus nya bis trans BSD untuk pulang. Ketika kami akan pulang, salah seorang teman kami memberitahu kepada saya dan Gina, bahwa kami tidak perlu jauh-jauh menuju halte Ratu Plaza untuk bisa menggunakan jasa angkutan umum bis Trans BSD seperti ketika kami berangkat dari BSD tadi pagi. Karena kami bisa naik bis Trans BSD dari Mangga Dua, tepatnya di halte bank Sinta.
Lantas kami pun akhirnya berpisah dengan teman-teman kami dengan tidak lupa sebelumnya kami sempat berfoto-foto sebagai kenang-kenangan kami ketika berpetualangan di Dufan. Saya dan Gina langsung menuju pintu keluar Dufan dan mencari taxi untuk menuju ke halte Bank Sinta. Setelah kami berjalan cukup jauh ke luar kawasan Ancol, akhirnya kami mendapatkan taxi dan langsung bergegas menuju halte Bank Sinta agar kami sempat mendapatkan bis yang jam enam sore. Jalanan di daerah mangga dua sore itu sudah terlihat ramai oleh padatnya mobil-mobil pribadi dan angkutan umum. Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya kami tiba di seberang halte Bank Sinta dan langsung menyeberang melalui jembatan penyebrangan. Setelah tiba di halte kami langsung membeli tiket bis trans BSD dan alhamdulillah menurut informasi yang kami dapat dari penjual tiket ternyata bis akan segera datang tidak lama lagi. Perjalanan dari Dufan menuju halte Bank Sinta sore itu cukup membuat lelah dan kami pun segera membeli sebotol air mineral untuk menghilangkan dahaga kami.
15 menit kemudian, bis sudah nampak di hadapan kami. Namun bis yang saat itu berada di sisi kanan jalan tidak bisa merapat ke sisi sebelah kiri untuk menjemput kami di halte karena kondisi macet jalanan sore itu. Sehingga kami yang harus menghampiri bis tersebut, dan alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan kami pun berhasil masuk ke dalam bis. Di dalam bis, kami langsung mencari tempat duduk yang kosong yang saat itu berada di bagian paling belakang bis. Ya, alhamdulillah kini kami sudah berada di dalam bis dan mendapatkan tempat duduk.
Hari semakin gelap, dan kami pun merasakan lelah karena serangkain perjalanan kami hari itu. Mulai dari berangkat dari BSD, sampai di Dufan, dan akhirnya kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan itu kami lebih banyak menghabiskan waktu kami untuk memejamkan mata kami sejenak. Sungguh perjalanan yang seru, lelah, sekaligus mengasyikkan. Dan yang membuat kami terpana malam itu adalah ternyata kami hanya membutuhkan waktu lebih kurang satu setengah jam untuk bisa kembali pulang ke bsd dari Mangga Dua. Waktu itu sangat berbeda sekali dengan ketika kami berangkat ke Dufan dengan menggunakan bis Trans BSD jurusan Pondok Indah lalu disambung dengan Busway. Dimana ketika itu kami menghabiskan waktu selama lebih kurang 4 jam untuk bisa sampai di Dufan dari BSD. Ya, ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Sehingga apabila nanti kami harus kembali ke Ancol, maka kami cukup menggunakan bis trans BSD jurusan Mangga Dua saja untuk menghemat waktu kami.
Demikian akhir cerita perjalanan kami, semoga cerita saya ini bisa menjadi insipirasi bagi teman-teman semua…